Tips

Sudah Turun Mesin, Tapi Masih Ngebul? Ini Sebabnya!

Ada asap karena ada api, pepatah tersebut juga berlaku pada sektor mesin kendaraan.

Agung Pratnyawan | Cesar Uji Tawakal

Ilustrasi motor berasap. (suzuki.co.id)
Ilustrasi motor berasap. (suzuki.co.id)

Mobimoto.com - Turun mesin adalah istilah yang digunakan ketika sebuah mesin kendaraan rusak parah sehingga harus dibongkar total. Kerusakan mesin tersebut biasanya terjadi pada area kompresi bahan bakar. Banyak komponen yang terlibat dalam bagian ini, setidaknya ada piston, ring piston, klep, silinder dan lain-lain.

Biasanya, kendaraan mengalami turun mesin ketika gas buang yang dikeluarkan dari knalpot tidak normal. Bisa jadi ada oli yang tersembur, asap yang berlebihan, dan lain-lain. Hal tersebut terjadi karena ada kerusakan pada area kompresi, beberapa di antaranya adalah piston yang baret, atau dinding pistonnya yang baret.

Baretnya komponen tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya kurangnya oli atau pelumas sehingga mesin mengalami gesekan berlebih, menyebabkan komponennya 'terluka'.

Ilustrasi kepala piston yang baret karena gesekan berlebihan. (Facebook/Bekakas)
Ilustrasi kepala piston yang baret karena gesekan berlebihan. (Facebook/Bekakas)

Komponen yang baret ini tentu akan menimbulkan kebocoran saat kompresi, membuat oli masuk ke ruang bakar sehingga asap gas buang yang ditimbulkan akan lebih pekat.

Setelah turun mesin, biasanya keluhan 'mesin ngebul' ini akan teratasi. Namun jika masih ngebul, maka ada kesalahan dalam proses turun mesin tersebut.

Jika mesin masih berasap pekat, maka berarti masih ada masalah yang timbul di area kompresi bahan bakar tadi. masalah tersebut disebabkan oleh komponen pengganti yang kurang presisi, sehingga oli masih saja rembes di ruang pembakaran.

Ilustrasi motor berasap. (autoexpose.org)
Ilustrasi motor berasap. (autoexpose.org)

Kurangnya presisi ini bisa jadi karena jarak antara piston dengan dinding piston yang terlalu rapat, sehingga terjadi gesekan berlebih, menimbulkan baret pada area tersebut lagi.

Namun bisa jadi jarak antara piston dan dinding piston terlalu longgar, sehingga oli tetap saja masuk ke ruang pembakaran.

Untuk mencegah hal ini, maka harus diperhatikan kerapatan antara piston dan silinder alias dinding piston, kerapatannya harus presisi.

Berita Terkait

Berita Terkini