Motor

Bukan karena Dilan, Tenyata Ini 'Biang Keladi' Boomingnya Custom Culture

Bincang-bincang dengan salah satu owner bengkel kustom di Solo, kupas tuntas dunia custom culture!

Angga Roni Priambodo | Cesar Uji Tawakal

Mesin motor kustom. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)
Mesin motor kustom. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)

Mobimoto.com - Custom culture alias budaya kustom merujuk pada tren modifikasi kendaraan di mana motor salah satunya. Budaya motor kustom sendiri di mulai merebak pada era tahun 50-an di Amerika Serikat. Pada awalnya budaya kustom berkembang karena adanya anggapan bahwa motor merupakan bagian dari jati diri, sehingga industri pembuatan motor yang 'gue banget' mulai menjadi-jadi.

Hingga akhirnya tren tersebut juga menular ke Indonesia. Bukan barang baru, budaya kustom mulai menjamur pada tahun 70-an. Namun walaupun demikian, tren mengenai custom culture yang seolah-olah merebak belakangan ini tentu membuat penasaran. Kenapa tiba-tiba ngetren? Tak sedikit orang yang mengaitkan hal ini dengan film yang meledak beberapa waktu terakhir, Dilan. Namun benarkah demikian?

Untuk itu Mobimoto.com pun 'sungkem' ke salah satu juragan bengkel motor kustom ternama di Solo, Jawa Tengah, yakni Rich Richie Ride Garage (RRRG). Dan beginilah ulasannya.

Bukan karena Dilan!

Eko Sutanto, owner RRRG. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)
Eko Sutanto, owner RRRG. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)

Walaupun banyak yang menyangka Dilan's effect yang menjadi biang keladi, namun nyatanya tidak sesignifikan itu. Setidaknya begitulah penuturan Eko Susanto. Pemilik bengkel kustom RRRG ini menuturkan bahwa yang membuat custom culture makin booming ternyata adalah momen di mana Presiden Jokowi menunggangi motor kustom beberapa bulan yang lalu.

''Terlepas dari politik, sosok Pak Presiden tak bisa dipungkiri juga membuat budaya kustom makin melejit. Justru booming-nya film Dilan tidak berefek sesignifikan itu.'' tutur pria 29 tahun ini.

Medsos effect

Motor kustom dengan basis Honda Mega Pro. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)
Motor kustom dengan basis Honda Mega Pro. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)

Mulai berjibaku di dunia motor kustom tahun 2010-2011, lulusan Universitas Sebelas Maret ini melihat bahwa budaya kustom mulai naik daun sejak 2015, hingga pada puncaknya akhir-akhir ini budaya kustom kian berkembang. Faktor adanya media sosial juga cukup berpengaruh dalam perkembangan budaya kustom. Hal ini dikarenakan di mana informasi menjadi serba cepat, membuat banyak orang yang 'kena racun' dan 'ikut ngiler' dengan karya-karya para 'perajin' motor kustom.

''Saya mulanya hanya sekadar 'main-main' di Facebook. Saya mengunggah foto motor kustom saya, lalu ada yang nawar. Gitu terus hingga akhirnya tahun 2015 kami bisa mendirikan bengkel motor kustom.'' ujar pria asal Semarang yang kini berdomisili di Solo ini.

Bengkel RRRG. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)
Bengkel RRRG. (Mobimoto/Cesar Uji Tawakal)

Makin banjir order, ternyata hasil garapan bengkel ini berhasil menarik perhatian banyak orang. Salah satunya adalah putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Bengkel RRRG pun mendapat proyek dari Gibran yang diawali dengan produk RRRG yang terpajang di media sosial.

''Awalnya kita hanya komen-komenan di akun Instagram lalu berpindah ke Whatsapp. Setelah deal, Ia pun mengirimkan ajudannya beserta motornya Honda CB125 tahun 70-an.'' ujar Eko.

Memang motor kustom mempunyai sederet keistimewaan hingga custom culture pun bisa membuat banyak orang kepincut. Adanya aktualisasi diri yang diwujudkan ke dalam motor membuat pemilik kendaraan tersebut tentu bisa melenggang di jalan raya dengan rasa bangga. Ditambah dengan hadirnya media sosial dan tokoh-tokoh masyarakat makin membuat custom culture mengakar kuat di dunia otomotif Tanah Air.

 

Berita Terkait

Berita Terkini